5 Cara Antisipasi Krisis Pangan di Masa Depan

Kredivo - Cicilan Online Tanpa Kartu Kredit dan DP - Cermati.com

Kondisi pandemi di tahun 2020 ternyata memberikan kesadaran bagi dunia global tentang stok makanan. Terlebih lagi ditambah dengan perang antara Rusia dan Ukraina membuat beberapa bahan pokok ikut terkerek naik, belum lagi dengan bahan bakar yang juga tidak bisa dihindari mengalami kenaikan harga secara global.

Pemerintah Indonesia sudah melakukan langkah-langkah antisipatif untuk mencegah krisis pangan di masa depan dengan membuka lahan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk ikut berperan dalam mengantisipasi krisis pangan dimulai dari lingkungan sendiri.

Beberapa langkah dibawah ini mungkin memerlukan instalasi yang baik. Tapi, jangan khawatir karena beberapa instalasi bisa kamu beli lewat marketplace dengan memanfaatkan kredit online dengan mudah. Berikut adalah beberapa hal yang bisa kamu lakukan dalam rangka antisipasi krisi pangan dunia. 

1. Tanan Tanaman Hidroponik

Kebutuhan sayuran sebenarnya bisa dipenuhi dengan menanam tanaman hidroponik sendiri di rumah. Ada banyak sayuran yang bisa ditanam dengan menggunakan metode hidroponik seperti selada, bayam, kangkung, pakcoy dan lain sebagainya.

Nah, instalasi tanaman hidroponik ini perlu disesuaikan dengan lahan di rumah. Lahan sempit dan terbatas sekalipun tetap bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk membuat instalasi tanaman hidroponik. Yang pasti harus mendapatkan sinar matahari yang cukup mulai dari pagi hingga sore hari.

2. Budidaya Sumber Protein di Rumah

Selain tanaman hidroponik, keluarga juga butuh asupan protein hewani yang cukup. Sumber protein hewani yang bisa dikelola dan dibudidayakan secara mandiri misalnya seperti lele, ikan nila, ikan mas dan jenis-jenis ikan air tawar lainnya.

Khusus untuk budidaya lele sudah banyak success story yang bisa dikembangkan hanya dengan media ember saja. Namun, tetap harus dipelajari tentang cara penanganan lele di media ember seperti kanibalisme sampai dengan penyakit-penyakit yang biasanya menjadi tantangan para budidaya lele di rumah. 

3. Siapkan Dana Darurat

Selain menyiapkan sumber sayuran dan protein hewani dari rumah, kondisi finansial pun tetap harus dipersiapkan. Langkah yang bisa dilakukan salah satunya adalah dengan menyiapkan dana darurat. Dana darurat yang ideal untuk sebuah keluarga harus bisa memenuhi kebutuhan pokok selama 12 bulan.

Kondisi ideal tersebut mungkin akan sangat sulit dipenuhi jika pengaturan keuangan masih belum seimbang. Oleh karena itu, dana darurat sebetulnya bisa dipersiapkan sejak masih belum punya pasangan dan tanggungan. Sehingga dana yang dikumpulkan cukup paling tidak untuk memenuhi kebutuhan pokok selama enam bulan kedepan.

Jika, kondisi ideal tersebut belum bisa terpenuhi, untuk dana darurat bisa kamu manfaatkan lewat kredit online seperti Kredivo. Namun, penggunaannya hanya untuk kondisi darurat saja. Kredivo berikan pinjaman tunai dengan bunga rendah hanya 2.6% saja perbulan dengan tenor 3 dan 6 bulan. Biaya adminnya sebesar 6% dari total dana pinjaman.

Dana darurat ini bisa digunakan untuk kebutuhan seperti biaya berobat atau kesehatan, perbaikan kendaraan, hingga dana untuk pendidikan. Namun, usahakan untuk tidak mengambil pinjaman dengan cicilan yang rasionya melebihi dari rasio utang aman, atau lebih dari sepertiga penghasilan. 

4. Pemilahan Sampah dengan Baik

Siapa yang menyangka jika pemilahan sampah bisa berdampak baik terhadap lingkungan. Kondisi sampah-sampah yang sulit terurai menjadi salah satu masalah yang hingga saat ini belum bisa diselesaikan. Sementara lain, lahan untuk sampah semakin terbatas. 

Namun demikian, pengelolaan sampah-sampah organik ternyata bisa diolah menjadi barang yang bernilai dan berharga. Malahan bisa dijadikan sebagai penghasilan tambahan.

5. Pengolahan Sampah untuk Pupuk Tanaman 

Pengolahan sampah untuk menjadi pupuk tanaman sudah banyak dilakukan. Terkini, budidaya magot justru membutuhkan banyak sampah organik yang digunakan sebagai pakan. Hal ini menjadi langkah yang baik karena sampah-sampah organik bisa habis dan diolah sehingga lebih bernilai.